3 Alasan Mengapa Lebih Gampang Stres daripada Bahagia



KOMPAS.com - Rasanya memang tidak ada orang yang bebas dari stres. Masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti beban pekerjaan, situasi keuangan, dan juga konlik dengan pasangan, bisa membuat kita selalu merasa tegang dan cemas. 

Ada banyak alasan mengapa kita sulit bersikap tenang ketika menghadapi masalah-masalah tersebut. Tetapi menurut Jan Bruce, CEO meQuilibrium, sistem coaching digital untuk stres, paling tidak ada 3 alasan mengapa manusia modern lebih gampang merasakan emosi stres ketimbang bahagia.

1. Merasa membuang waktu
Mengapa perlu keluar kantor dan berpanas-panasan jika Anda bisa makan di meja sambil menyelesaikan pekerjaan? Mengapa harus berjalan kaki dan menghabiskan waktu 10 menit ketika kita bisa naik kendaraan dan pulang lebih cepat untuk bersantai? 

Memang ironis tapi itu fakta: kita merasa bisa menghemat waktu dengan memberikan pada diri kita waktu yang sedikit. Tetapi cara kerjanya bukan seperti itu. Waktu tidak selalu uang dan kita tidak bisa menyimpannya dalam toples. Anda harus menghabiskannya saat memilikinya. Kuncinya adalah menghabiskan waktu dengan bijaksana. Belum tentu Anda bisa punya kesempatan untuk menikmati waktu tersebut.

2. Fokus pada masa depan
Mayoritas kita menghabiskan waktu kita untuk memikirkan apa yang terjadi di masa depan, entah itu akan terjadi besok atau mungkin terjadi minggu depan. Tetapi jika kita kehilangan momen saat ini, sebenarnya kita sudah kehilangan banyak hal. Kita tak bisa tenang, gembira, dan tidak bisa menikmati jika kita tak sungguh-sungguh ada untuk saat ini. 

Pada derajat tertentu, insting bertahan hidup manusia akan selalu membuat kita terlatih demi masa depan. Ini memang cara kita hidup. Tetapi mereka y

ang lebih tahan, fleksibel, dan lebih bahagia, adalah mereka yang menghargai momen saat ini.

3. Membela diri
Karena banyaknya tuntutan atas waktu, perhatian, dan sumber daya kita, seringkali kita merasa takut untuk membuat "pintu otak" kita agar tidak dibanjiri stres tambahan. Padahal terkadang kita perlu membuka diri sedikit untuk hal yang berbeda dan melepaskan ketegangan.

Ini berarti kita bisa menjalani hari-hari dan juga akhir pekan dengan melakukan sesuatu dari yang rutin kita lakukan. Cari kesempatan untuk menghubungi teman, atau membaca buku yang bisa membuat Anda masuk ke dunia cerita. Atau berbaring di rumput dan memandangi langit tanpa perlu berpikir apa pun. 

Rasa takjub, tenang, dan gembira, bukanlah sesuatu yang kita rencanakan untuk nanti. Kita harus berusaha meluangkan waktu untuk merasakannya saat ini.

Related Posts:

Pernyataan Resmi Arab Saudi Tentang (Flu Arab) MERS



Solopos.com, KUWAIT-- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan resmi untuk memperingatkan masyarakat yang bersentuhan langsung dengan unta harus memakai masker dan sarung tangan.
Hal tersebut untuk mencegah penyebaran penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Peringatan resmi itu kali pertama dikeluarkan Arab Saudi sejak kasus virus fatal ini mendekati angka 500.
Para ahli kesehatan mengatakan unta merupakan sumber hewan yang paling mungkin untuk menularkan penyakit ini. kementerian kesehatan Saudi melaporkan Sabtu malam tujuh orang lagi terkena wabah ini seperti yang dilansir Reuters Minggu (11/5/2014).
Hal tersebut menjadikan unta sebagai subjek penelitian pokok para ilmuwan dalam kasus ini.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, Kementerian Pertanian menyarankan masyarakat untuk tidak melakukan kontak dengan unta kecuali jika diperlukan. Tetapi setelah itu dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudahnya, serta memakai masker wajah.
“Dianjurkan untuk memakai sarung tangan pelindung, terutama ketika menangani unta yang sakit atau mati,” katanya. Selain itu, juga disarankan untuk memakan daging unta yang dimasak terlebih dahulu serta untuk merebus susu unta sebelum dikonsumsi.
Hal serupa juga diserukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan orang untuk menghindari kontak dengan unta supaya terhidar flu arab tersebut.
MERS seperti coronavirus SARS telah menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia sejak pertama kali muncul di Tiongkok pada 2002.
Sampai saat ini belum ada vaksin atau pengobatan yang dapat mengatasinya.

Related Posts:

Waspada Serangan Virus Flu Arab :MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus)

"Apa kabar sahabat Penopers?": "MANTAP JAYA!!!"


Awal tahun 2014, ada suatu fenomena yang sangat populer sekaligus meresahkan di dunia, yaitu fenomena penyebaran Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) yang kini telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia.
MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) atau biasa disebut dengan "novelcorovirus" pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Sampai saat ini jumlah korban tewas lantaran MERS ada 463 orang di seluruh negara Timur Tengah. Sejauh ini, negara-negara Timur Tengah yang melaporkan adanya virus MERS adalah Uni Emirat Arab, Jordania, Mesir, dan Lebanon, selain Arab Saudi. 


Menurut dokter spesialis paru FKUI/RSCM Diah Handayani, MERS merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus. Berbeda dengan penyakit pernapasan umumnya yang disebabkan bakteri, perkembangan MERS jauh lebih cepat.
"Dalam hitungan jam, bukan hari, penyakit ini sudah menyebabkan kerusakan paru yang parah. Ini karena tingkat virulensi atau kemampuan virus menyebabkan penyakit untuk MERS sangat tinggi," jelas Diah kepada Kompas Health, Rabu (7/5/2014).
MERS, hampir sama seperti pneumonia lainnya yaitu awalnya menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan pada organ tersebut. Bila peradangan sudah meluas, maka fungsi paru-paru akan menurun.
Setelah fungsi organ tersebut menurun, suplai oksigen untuk organ tubuh lainnya terganggu. Inilah yang kemudian memicu peradangan di organ lainnya. Biasanya organ yang terkena setelah paru-paru adalah ginjal dan hati.
Peradangan di organ-organ tersebut menurunkan fungsinya, pada tahap yang sudah parah dapat menyebabkan kegagalan organ. Inilah yang mengakibatkan kematian pada pasien pneumonia, termasuk MERS.
"Pasien umumnya akan mengalami multi-organ failure atau kegagalan multi organ, jadi tidak hanya satu organ yang mengalami kegagalan berfungsi, tetapi banyak," jelas dokter dari Divisi Infeksi, Departemen Pulmologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi ini.

Berbeda dengan SARS, MERS menyerang orang dari kelompok umur di atas 50 tahun. Sebanyak 65 persen korban adalah laki-laki dan 63,4 persen menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Guru Besar Pulmonologi FKUI Menaldi Rasmin seperti dikutip KOMPAS (8/5/14) menuturkan, virus korona belum dikenal tubuh. Hal ini menyebabkan sistem pertahanan tubuh belum mampu menangkalnya dengan baik sehingga jatuh korban jiwa.
Penularan MERS
Mengingat potensi penularan virus ini cukup besar, tak ada salahnya kita membekali diri dengan informasi terkait penyakit MERS.


- Gampang menular
Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat.

Virus korona penyebab penyakit ini menular antar manusia melalui kontak dekat. Tetapi virus ini juga diektahui menyebar antar hewan.

- Mematikan
Menurut WHO, sekitar sepertiga orang yang terinfeksi virus MERS meninggal dunia. Kebanyakan kasus yang fatal terjadi pada orang lanjut usia dan orang yang sudah memiliki gangguan medis.

- Mirip flu
Gejala infeksi MERS antara lain demam dan batuk, sangat mirip dengan flu. MERS juga bisa menyebabkan diare dan sesak napas, dan bisa menyebabkan komplikasi berupa radang paru dan gagal ginjal.

- Berasal dari unta dan kelelawar
Meski sumber pertama MERS masih belum diketahui, tetap para ilmuwan menduga kuat penyakit ini berasal dari unta. Penelitian mengonfirmasi unta dan kelalawar di Arab Saudi positif memiliki virus ini.

- Belum ada obatnya
Tidak ada terapi pengobatan penyakit MERS. Orang yang terinfeksi akan diberikan terapi pendukung sesuai gejala-gejala yang dialami. Vaksinnya juga belum ditemukan.

Dokter spesialis paru Diah Handayani dari FKUI/RSCM mengatakan, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan mengalami MERS. Kelompok-kelompok yang dimaksud itu antara lain:
Memiliki riwayat penyakit asma, penyakit paru obstruksi kronis, tuberkulosis, dan permasalahan paru lainnya. Diah menjelaskan, kondisi paru orang di kelompok ini tidak sesehat orang yang tidak pernah mengalami sakit sebelumnya. Akibatnya risiko mereka tertular MERS pun makin tinggi.
Orang tua di atas 60 tahun. Ini karena mereka memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang-orang yang berusia lebih muda. Secara alamiah memang seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh semakin menurun.
Perokok. Kebiasaan merokok merupakan salah satu hal yang merusak paru. Karena itu, perokok pun lebih rentan tertular virus korona. Di samping itu, daya tahan tubuh perokok juga umumnya lebih rendah dibandingkan orang-orang yang tidak merokok.
Anak balita. Diah mengatakan, daya tahan tubuh balita belum sempurna layaknya orang dewasa. Karena itu, mereka pun lebih berisiko terkena penyakit saat terpapar oleh virus penyebab infeksi.
- Ibu hamil. Secara umum ibu hamil sebenarnya memiliki daya tahan tubuh seperti orang dewasa lainnya, tetapi pada beberapa kasus kehamilan dapat menurunkan daya tahan tubuh. Apalagi penyakit yang diderita saat hamil bukan hanya memengaruhi kesehatan ibu, melainkan juga janinnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menghimbau kepada kelompok rentan untuk menunda keberangkatan perjalanan ibadah umrah mereka. Hal itu sesuai dengan saran perjalanan dari kementerian kesehatan Arab Saudi.

Meskipun berpotensi mematikan, Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) tidak membutuhkan obat untuk mengatasi penyakitnya. Perawatan bagi pasien MERS hanya bersifat suportif untuk menunjang kondisi fisik pasien hingga penyakit sembuh dengan sendirinya.
Dokter spesialis paru Ceva W Pitoyo mengatakan, pada dasarnya penyakit yang disebabkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Ini karena sifat virus yang memiliki limitasi waktu menginfeksi dan jika sudah melewati waktu tersebut, virus akan mati dan hilang.
"Virus merupakan salah satu organisme yang bersifat self limiting, jadi jika sudah melewati batasnya, infeksinya akan menghilang juga," jelasnya dalam konferensi pers terkait MERS di Jakarta, Jumat (9/5/2014).


Sejauh ini memang belum ada obat atau pun vaksinasi untuk mencegah penularan MERS. Penyakit ini menjadi mematikan karena daya tahan tubuh pasien yang tidak kuat menahan infeksi hingga waktu limitasi itu tiba. Ini umumnya disebabkan oleh komplikasi beberapa faktor, misalnya pasien sudah memiliki penyakit penyerta yang menurunkan daya tahan tubuhnya.
Penyakit-penyakit yang memperburuk kondisi daya tahan tubuh, khususnya yang berhubungan dengan penyakit pernapasan, antara lain memiliki penyakit paru-paru obstruksi kronis, atau tuberkulosis. Bahkan kebiasaan merokok pun bisa menurunkan daya tahan tubuh. 


Ada pula penyakit-penyakit yang secara umum tingkat risiko kematiannya lebih tinggi saat seseorang terserang MERS, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal kronis.
Menurut Ceva, perawatan pasien MERS ditujukan untuk menjaga kondisi pasien tetap kuat hingga waktu limitasi virus tiba. Dengan upaya seperti pemberian infus, menjaga makanan, hidrasi yang baik, kondisi pasien akan tetap bertahan.
"Perawatan pasien yang tidak menjaga kondisi pasien lah yang akhirnya berujung pada kematian pasien," kata dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) ini.
Di sisi lain, Ceva menerangkan, sejak awal MERS ditemukan jumlah infeksi dan kematian angkanya sangat dekat. Artinya setiap orang yang terinfeksi menghadapi risiko kematian yang sangat besar. Namun kini, angka kematian berangsur menurun meskipun penyebaran penyakitnya bertambah luas.
Data terakhir menyebutkan, dari 463 pasien yang terjangkit MERS, 126 di antaranya meninggal dunia. Artinya tingkat kematian dari MERS saat ini adalah 27,21 persen. Ceva berharap, dengan semakin baiknya tata cara perawatan pasien MERS, maka tingkat kematiannya juga bisa semakin diturunkan.

Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)

"Memanfaatkan, menjaga dan mengingat sehat sebelum sakit adalah bukti cinta terhadap diri"



Sumber: Kompas Health

Related Posts:

MANFAAT BANGUN PAGI MENURUT ISLAM DAN DUNIA KEDOKTERAN

"Apa kabar sahabat Penopers?":salam "MANTAP JAYA!!!"

Bila bisa bangun pagi, kenapa harus bangun siang?. Menurut 
Agama dan menurut penelitian mengatakan bangun pagi itu jelas lebih baik dari pada bangun kesiangan!. Lalu, ketika kita sudah mengetahui bangun pagi itu sangat bagus, kenapa kita tidak melaksanakannya. Bukankah kita manusia yang dapat mengembangkan akal pikirannya, dapat berpikir, dan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. kita sudah tahu bahwa bangun pagi (Subuh) itu baik dan bangun kesiangan itu buruk. Tetapi hanya sebagian kecil yang masih melaksanakannya. Sungguh yang sebagian lagi lebih mendengarkan nafsunya yang berasal dari setan. Ayo paksakan diri Anda untuk dapat bangun pagi. Insya Allah tidak akan menyesal.
Menurut para ahli di bidang kesehatan, udara di sepertiga malam yang terakhir apabila malam dibagi menjadi tiga bagian waktu, sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain sehingga sangat bermanfaat dalam mengoptimalisasikan metabolisme tubuh. Hal ini akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh. Inilah anugerah yang luar biasa besar dari Tuhan yang diberikan melalui kesegaran alam di waktu pagi untuk makhluk-Nya.

Pagi-pagi adalah waktu yang sangat baik untuk berolahraga. Semakin awal Anda bangun, semakin banyak kalori yang dapat Anda bakar sepanjang hari dan Anda akan selalu merasa sehat. Penelitian juga membuktikan bahwa orang yang berolahraga di pagi hari cenderung lebih konsisten dalam menjaga kebugaran badan mereka.
Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin merasakan kesehatan yang optimal semenjak pagi hari sehingga dengan kesehatannya itu bisa bekerja dan menjemput rezeki dengan lebih baik maka jangan tidur pagi. Mengenai hal ini, bila ingin membuktikan, coba Anda rasakan bagaimana bedanya melakukan aktivitas seharian dengan bangun pagi-pagi atau tidak tidur pagi dengan bangun pagi-pagi atau tidak tidur lagi setelah bangun pagi. Orang yang bangun pagi atau tidak tidur lagi setelah bangun pagi tentu akan merasakan badan lebih fit daripada orang yang bangun siang atau tidur lagi setelah bangun pagi. Selain itu menurut sebuah studi terbaru dari London, mereka yang terbiasa bangun lebih pagi akan memiliki bentuk tubuh lebih ramping, lebih bahagia dan sehat dibandingkan dengan mereka yang terbiasa bangun di siang hari.
Peneliti menambahkan, pada orang yang mempunyai kebiasaan begadang hingga larut malam, biasanya akan cenderung memiliki perasaan tertekan atau stress lebih tinggi dan berpotensi mengalami kelebihan berat badan.
Dalam pengamatannya, peneliti telah mewawancarai 1.068 orang dewasa terkait kesehatan dan kebiasaan tidur mereka. Hasilnya diketahui bahwa mereka yang terbiasa bangun pagi umumnya rata-rata mengawali aktivitas lebih awal, lebih bahagia dan bobot yang lebih ideal.
Ritual mandi pagi adalah awal yang penting mengawali hari dengan semangat. Saat mandi pagi, tubuh kita yang masih menyisakan lelah setelah tidur semalaman bisa terasa segar dan siap melakukan aktivitas. Banyak orang enggan beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi karena alasan air yang terlalu dingin. Padahal, air dingin tak hanya menyegarkan kulit tapi juga meningkatkan sistem kerja otot sehingga lebih fleksibel dan siap bergerak semangat.

Dalam konferensi British Psychological Society, Huber menjelaskan alasan mengapa yang rutin bangun pagi lebih beruntung dan punya kualitas hidup lebih baik. Hal itu merujuk pada fakta bahwa melakukan tugas-tugas rutin di pagi hari dan mengurus anak di saat yang tepat justru membantu membuat tubuh menjadi lebih bugar di tengah ketatnya kehidupan modern. "Mungkin tipe orang yang rutin bangun pagi lebih cocok untuk dunia industri seperti saat ini, dibandingkan dengan mereka yang bangun kesiangan,"

Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)
"Sambutlah cahaya tuhan, jangan biarkan cahaya itu yang menyambut

"

Related Posts:

Budaya Sehat, Budaya Cuci Tangan

"Apa kabar sahabat Penopers?": "MANTAP JAYA!!!"


Mencuci tangan secara kasat mata bisa membersihkan secara fisik. Tapi ternyata dampaknya lebih. Cuci tangan juga sampai pada pikiran dan perasaan,  memberikan dampak positif pada kesehatan fisik, tapi juga psikologis.

Hasil riset para peneliti Universitas Michigan, Amerika Serikat menjelaskan mencuci tangan dapat membantu "membersihkan" perasaan buruk. Dengan mencuci tangan, mandi, bahkan hanya berpikir tentang bebersih, seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan perasaan amoralitas, tidak berutung, atau keraguan.

"Pengalaman tubuh menghilangkan racun fisik dapat memberikan dasar untuk menghilangkan racun mental yang lebih abstrak, menghadirkan aspek metafora yang sangat kuat, ucap seorang peneliti Spike Lee.

Para peneliti meminta sekelompok responden untuk menilai moralitas mereka sendiri dan orang lain dalam situasi yang berbeda. Mereka diminta berpikir perbuatan masa lalu tidak bermoral dan tingkat kesalahan mereka dinilai menggunakan tes psikologis.

Beberapa diuji di tempat yang bersih, dan yang lainnya diuji di tempat kotor. Dalam tes lain, responden memiliki akses untuk mencuci tangan menggunakan antiseptik dan kesempatan untuk mengambil bagian dalam perbuatan baik setelah percobaan.

Para peneliti menemukan ketika di sebuah ruangan kotor, responden menilai moralitas orang lain lebih buruk, daripada ketika mereka berada di runangan  yang bersih. Kemudian mereka mencuci tangan. Rupanya, ini menurunkan rasa bersalah mereka.


Tangan merupakan salah satu jalur utama bibit penyakit masuk ke dalam tubuh. Karena itu, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir menjadi wajib hukumnya untuk mencegah infeksi penyakit yang ditularkan melalui tangan.

Sayangnya, masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan kebiasaan sehat ini. Malah cenderung menggunakan cairan antiseptik yang dianggap lebih praktis.

Padahal, membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun menjadi cara termudah dan termurah untuk mencegah minimal 10 masalah kesehatan karena kuman.

Berdasarkan penelitian oleh Curtis V. Cairncross, mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan risiko diare hingga 47 persen. Di Indonesia, hasil penelitian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Spektra terhadap 550 siswa di 11 kabupaten di Jawa Timur menunjukkan bahwa mencuci tangan pakai sabun, terutama makan, dapat menurunkan tingkat absensi anak akibat sakit diare hingga 11 persen.

Selain diare, penyakit lain yang dapat dicegah melalui cuci tangan dengan sabun adalah radang tenggorokan, masalah saluran pernapasan, disentri, iritasi kulit, biang keringat, mata merah, jerawat, bau badan dan tipus.

nb: Hari Cuci Tangan Dunia (15 oktober 2012)

Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)
"Hal kecil kadang penopang inti dari puzzle raksasa"

(sumber: abc)

Related Posts:

Yakinkan Dirimu

C                                  G
Jika ada yang meragukannmu
            Am               G
abaikan itu, yakinkan dirimu
C                             G
Jika badai merobohkanmu
            Am                   G
tetaplah tegar, yakinkan dirimu

       F             Am      F               C
Waktu terlalu singkat untuk mengeluh
    F              Am  F           G
Dunia terlalu luas jika berjalan

Yakinkan Dirimu Mp3

Related Posts:

4 Gerakan Pemahat "Sixpack"

"Apa kabar sahabat Penopers?": "MANTAP JAYA!!!"

Hasil latihan yang maksimal sebenarnya bisa Anda dapatkan jika Anda berpikir lebih cerdas. Salah satu caranya, dengan memaksimalkan fungsi peralatan yang ada di gym untuk mewujudkan mimpi Anda mendapatkan perut sixpack. Tidak susah! Anda hanya perlu memahami setiap fungsi peralatan yang ada di gym. Kami membantu Anda memulainya dengan menampilkan empat peralatan di bawah ini. Selanjutnya, Anda perlu melakukannya sendiri.
KETTLEBELL

Latihan: Kettlebell mountain climber
Cara melakukan: Baringkan kettlebell secara mendatar di lantai dengan posisi pegangan menjauhi tubuh Anda. Tempatkan kedua tangan Anda di bagian yang membulat, dan ambil posisi pushup. Perlahan, arahkan salah satu lutut ke dada Anda sedekat mungkin. Sentuh lantai dengan jari-jari kaki Anda, kemudian dengan cepat kembali ke posisi pushup sembari menjaga formasi garis lurus yang dibentuk tubuh Anda. Lakukan gerakan yang sama untuk lutut yang lain. Lakukan secara bergantian selama 30 detik.

Manfaat: Ketidakstabilan kettlebell memaksa otot-otot perut, punggung bawah, dan pinggul untuk bekerja lebih keras ketimbang yang mereka lakukan pada gerakan mountain climber tradisional.

RESISTANCE BAND

Latihan: Anti-rotation band speed fly
Cara melakukan: Pasang salah satu ujung resistance band di ketinggian pinggul. Genggam pegangan resistance band di ujung lainnya dengan tangan kanan dan perkokoh pegangan Anda dengan tangan kiri. Berlutut di lantai dengan lutut kanan (posisi titik pengait resistance band ada di sebelah kanan Anda) dan dorong pegangan di depan dada Anda. Dengan posisi siku sedikit tertekuk, biarkan lengan kanan Anda membuka menuju titik pengait, kemudian kembali secara eksplosif ke posisi awal. Lakukan 10-12 repetisi untuk masing-masing lengan.

Manfaat: Anda tak hanya memperkuat otot-otot dada, tapi juga memaksa otot-otot perut bekerja maksimal saat mencegah torso Anda berputar.

BARBELL

Latihan: Overhead barbell walk
Cara melakukan: Pegang palang barbel dengan teknik overhand, bukaan tangan lebih lebar dari bahu. Angkat barbel hingga melewati posisi kepala. (Tambahkan beban jika Anda sudah mampu menjaga kesempurnaan gerakan). Jaga posisi lengan lurus, tubuh meregang, dan kepala ditarik ke belakang. Berjalan ke depan 5-10 detik, tahan, kemudian berjalan mundur 5-10 detik. Ini terhitung satu repetisi. Lakukan dua set dengan dua repetisi, istirahat 60 detik di antara masing-masing set.

Manfaat: Menyeimbangkan palang barbel menarget otot-otot bahu saat torso menstabilkan gerakan yang Anda lakukan. Hal yang sama juga dialami otot-otot pinggul, oblique, dan punggung bawah.

MEDICINE BALL

Latihan:
 Windmill slam
Cara melakukan: Tahan medicine ball di ketinggian pinggang dan ambil posisi berdiri dengan satu kaki berada di depan, satu lagi di belakang (kaki kiri Anda berada 2-3 kaki di depan kaki kanan). Dalam gerakan mengalir, ayunkan berlawanan dengan arah jarum jam, lengkungkan di atas kepala, dan kemudian hempaskan bola ke lantai di samping kaki kiri Anda. Kemudian tangkap kembali bola yang memantul. Lakukan rangkaian gerakan ini 10 repetisi. Ganti posisi kaki, dan ulangi rangkaian gerakannya.

Manfaat: 
Anda akan mengirim kalori ke tungku pembakaran secara maksimal saat tubuh mengaktifkan rectus abdominis –yang Anda ketahui sebagai otot sixpack.

Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)
"Kecuali Tuhan, manusia perlu usaha yang keras untuk hasil yang indah"

Sumber: Menshealth

Related Posts:

Padat Berotot Dalam 18 Menit

"Apa kabar sahabat Penopers?": "MANTAP JAYA!!!"


Bagi Anda yang memiliki waktu terbatas, sering bepergian, dan kerap tak memiliki akses ke gym serta peralatannya, program latihan yang dirancang David Jack dari Actv8 Phoenix ini bisa jadi jalan keluar terbaik. Selain hanya mengandalkan beban tubuh Anda sendiri (artinya Anda tak perlu menyiapkan peralatan apa pun), Anda hanya perlu 18 menit untuk menuntaskannya. Hasilnya? Silakan buktikan sendiri.

Bagaimana melakukannya? Lakukan 50 repetisi untuk masing-masing gerakan latihan yang ada dalam panduan ini secepat mungkin tanpa istirahat. Anda tak harus melakukan semua 50 repetisi secara berturut-turut. Anda bisa melakukan 20 pushup, kemudian berpindah ke jumping jack, lakukan lagi 15 pushup, dan seterusnya. Saat Anda sudah menuntaskan sirkuit ini, istirahat 1-2 menit dan ulangi lagi sirkuitnya. Lakukan total 3 sirkuit, mulai dengan gerakan latihan yang berbeda untuk tiap sirkuit.

PUSHUP 
Ambil posisi pushup, pastikan tubuh membentuk formasi garis lurus dari engkel hingga kepala, dan pasang bukaan tangan sedikit lebih lebar dari bahu. Turunkan tubuh dengan cara menekuk siku hingga dada nyaris menyentuh lantai. Kemudian dorong tubuh Anda ke atas (posisi awal) dengan cara meluruskan lengan.

MOUNTAIN CLIMBER 
Ambil posisi pushup dengan lengan lurus. Setelah itu angkat kaki kanan dari lantai dan bawa lutut kanan ke dada sedekat mungkin. Sentuhkan jari-jari kaki kanan ke lantai saat melakukannya. Ulangi rangkaian gerakan yang sama untuk kaki kiri. Lakukan secara bergantian dan berulang-ulang antara kaki kanan dan kiri.


CRUNCH 
Berbaring di lantai dengan posisi kaki ditekuk pada lutut dan telapak kaki menapak rata di lantai. Tempatkan ujung jaring-jari tang di belakang telinga. Sekarang angkat kepala dan bahu saat Anda menekuk tulang rusuk ke arah pelvis. Kembali ke posisi awal, dan ulangi lagi secepat mungkin untuk repetisi selanjutnya.


JUMPING JACK 
Berdiri dengan kaki rapat, kedua tangan di samping tubuh Anda. Sekarang, ayunkan lengan ke atas kepala dan lakukan lompatan ke atas untuk melebarkan bukaan kaki. Tanpa berhenti, kembali ke posisi awal, dan ulangi rangkaian gerakannya untuk repetisi berikutnya.


BODY-WEIGHT SQUAT 
Tahan lengan Anda lurus di depan tubuh dan berdiri tegak dengan bukaan kaki selebar bahu. Dorong pinggul ke belakang, tekuk lutut, dan rendahkan tubuh hingga posisi paha sejajar dengan lantai. Dorong tubuh ke atas untuk kembali ke posisi awal. Lakukan repetisi selanjutnya.
 Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)

"Hasil selalu berbanding lurus dengan usaha"
Sumber: Menshealth

Related Posts:

Dilematika UNAS: Saat Nilai Salah Berbicara


Sebuah surat terbuka, untuk Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat,

di tempat.


16. Mencontek adalah sebuah perbuatan…

a. terpaksa

b. terpuji

c. tercela

d. terbiasa



Ardi berhenti di soal nomor enam belas itu, salah satu soal ulangan Budi Pekerti semasa dia kelas 2 SD dulu. Ia tertegun, dan hatinya berdenyut perih saat dilihatnya sebuah coretan menyilang pilihan jawaban C. Coretan tebal, panjang, ciri khas si Ardi kecil yang menjawab nomor itu tanpa ragu, melainkan dengan penuh keyakinan…



Handphonenya berdering pelan, sebuah SMS masuk. Ardi membukanya, dan ia menghela nafas dalam-dalam begitu membaca isinya.



Jadi gimana Di, ikutan pakai ‘itu’ nggak?



Barangkali bukan kebetulan Ardi menemukan soal-soal ulangan SD-nya saat ia mau mencari buku-buku lamanya, barangkali bukan kebetulan Ardi membaca soal nomor enam belas dan jawaban polosnya itu, sebab denyut perih di hatinya baru mereda setelah ia mengirim sebaris kalimat yakin…



Nggak, Jo, aku mau jujur aja.



Sebuah balasan pahit mampir selang beberapa detik setelahnya,



Ah, cemen kamu.



Tapi tidak, Ardi tak goyah. Ia mengulum senyum dan batinnya berbisik pelan, salah, Jo. 



Jujur itu keren.






UNAS. Sebuah jadwal tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa selama tahun-tahun sebelumnya. Sebuah penentu kelayakan seorang siswa untuk lulus dari jenjang pendidikan yang sudah dia jalani atau tidak. UNAS sudah sejak lama ada, meliputi berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SD, SMP, sampai yang terakhir, yakni SMA. Sudah sejak lama pula UNAS menuai pro dan kontra, yang mana rupanya kontra itu belakangan ini berhasil 'memaksa' pemerintah untuk menghapuskan UNAS di tingkatan SD. Sedang untuk tingkat SMP dan SMA, kemungkinan itu masih harus menunggu.


Tiap kali UNAS akan digelar, seluruh elemen masyarakat ikut tertarik ke dalam pusaran perbincangannya. Perdebatan tentang perlu-tidaknya diadakan UNAS tak pernah absen dari obrolan ringan di warung kopi, dan acara-acara yang mengklaim ingin memotivasi para peserta UNAS pun bermunculan di berbagai channel televisi. Di sela-sela program motivasi itu, jikalau ada sesi tanya-jawab, hampir bisa dipastikan akan ada seorang partisipan yang melempar tanya:


"Bagaimana dengan kecurangan UNAS?"


Ah, ya, UNAS memang belum pernah lepas dari ketidakjujuran.


Sekarang, jangan marah jika saya bilang bahwa UNAS identik dengan kecurangan. Sebab jika tidak, pertanyaan itu tidak akan terlalu sering terdengar. Tapi nyatanya, semakin lama pertanyaan itu semakin berdengung di tiap sudut daerah yang punya lembaga pendidikan; dan tahukah apa yang menyedihkan? Yang paling menyedihkan adalah saat lembaga-lembaga pendidikan itu, tempat kita belajar mengeja kalimat 'kejujuran adalah kunci kesuksesan' itu, hanya mampu tersenyum tipis dan menahan kata di depan berita-berita ketidakjujuran yang simpang-siur di berbagai media.


UNAS dengan segala problematika dan dilematika yang dibawanya memang tak pernah habis untuk dikupas, dan sayangnya ia tak pernah bosan pula menemui jalan buntu. Dari tahun ke tahun selalu ada laporan tentang kecurangan, tetapi ironisnya setiap tahun itu pula pemerintah tetap tersenyum dan mengabarkan dengan bahagia bahwa 'UNAS tahun ini mengalami peningkatan, kelulusan tahun ini mengalami kenaikan, rata-rata tahun ini mengalami kemajuan', dan hal-hal indah lainnya. Dulu, saat saya belum menginjak kelas tiga, saya berpikir bahwa grafik itu benar adanya dan saya pun terkagum-kagum oleh peningkatan pendidikan yang dialami oleh generasi muda Indonesia.


Tetapi sekarang, sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS... dengan berat hati saya mengaku bahwa saya tidak bisa lagi percaya pada dongeng-dongeng itu. Sebagai pelajar yang baru saja menjalani UNAS, saya justru punya banyak pertanyaan yang saya pendam dalam hati saya. Banyak beban pikiran yang ingin saya utarakan kepada Bapak Menteri Pendidikan. Tapi tenang saja, Bapak tidak perlu menjadi pembaca pikiran untuk tahu semua itu, karena saya akan menceritakannya sedikit demi sedikit di sini. Dari berbagai kekalutan dan tanda tanya yang menyesaki otak sempit saya, saya merumuskannya menjadi tiga poin penting...


Pertama, tentang kesamarataan bobot pertanyaan-pertanyaan UNAS, yang tahun ini Alhamdulillah ada dua puluh paket.


Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat... pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat 20 soal yang berbeda, dengan tingkat kesulitan yang sama, untuk satu SKL saja? Pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Biologi membuat 20 soal yang berbeda, dengan taraf kesulitan yang sama, hanya untuk satu indikator 'menjelaskan fungsi organel sel pada tumbuhan dan hewan'?


Menurut otak sempit saya, sejujurnya, itu mustahil. Mau tidak mau akan ada satu tipe soal yang memuat pertanyaan dengan bobot lebih susah dari tipe lain. Hal ini jelas tidak adil untuk siswa yang kebetulan apes, kebetulan mendapatkan tipe dengan soal susah sedemikian itu. Sebab orang tidak akan pernah peduli apakah soal yang saya terima lebih susah dari si A atau tidak. Manusia itu makhluk yang seringkali terpaku pada niai akhir, Pak. Orang tidak akan pernah bertanya, 'tipe soalmu ada berapa nomor yang susah?' melainkan akan langsung bertanya, 'nilai UNASmu berapa?'.


Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, di sini Bapak akan beralasan, barangkali, bahwa jika siswa sudah belajar, maka sesusah apapun soalnya tidak akan bermasalah. Tapi coba ingat kembali, Pak, apa sih tujuan diadakannya Ujian Nasional itu? Membuat sebuah standard untuk mengevaluasi siswa Indonesia, 'kan? Untuk menetapkan sebuah garis yang akan jadi acuan bersama, 'kan? Sekarang, bagaimana bisa UNAS dijadikan patokan nasional saat antar paket saja ada ketidakmerataan bobot soal? Ini belum tentang ketidakmerataan pendidikan antar daerah, lho, Pak.


Kedua, tentang pertanyaan-pertanyaan UNAS tahun ini, yang, menurut saya, menyimpang dari SKL.


Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya tahu Bapak sudah mengklarifikasinya di twitter, bahwa soal tahun ini bobot kesulitannya di naikkan sedikit (saya tertawa miris di bagian kata 'sedikit' ini). Tapi, aduh, jujur saya bingung juga Pak bagaimana menanggapinya. Pertama, bobot soal kami dinaikkan hanya sampai standard Internasional. Kedua, konfirmasi itu Bapak sampaikan setelah UNAS selesai. Saya jadi paham kenapa di sekolah saya disiapkan tabung oksigen selama pelaksanaan UNAS. Mungkin sekolah khawatir kami pingsan saking bahagianya menemui soal-soal itu, 'kan?


Bapak, saya tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti... apa yang ada di pikiran Bapak-Bapak semua saat membuat, menyusun, dan mencetak soal-soal itu? Bapak mengatakan di twitter Bapak, 'tiap tahun selalu ada keluhan siswa karena soal yang baru'. Tapi, Pak, sekali ini saja... sekali ini saja saya mohon, Bapak duduk dengan santai, kumpulkan contoh soal UNAS tahun dua ribu sebelas, dua ribu dua belas, dua ribu tiga belas, dan dua ribu empat belas. Dengan kepala dingin coba Bapak bandingkan, perbedaan tingkat kesulitan dua ribu sebelas dengan dua ribu dua belas seperti apa. Perbedaan bobot dua ribu dua belas dengan dua ribu tiga belas seperti apa. Dan pada akhirnya, coba perhatikan dan kaji baik-baik, perbedaan tipe dan taraf kerumitan soal dua ribu tiga belas dengan dua ribu empat belas itu seperti apa.


Kalau Bapak masih merasa tidak ada yang salah dengan soal-soal itu, saya ceritai sesuatu deh Pak. Bapak tahu tidak, saat hari kedua UNAS, saya sempat mengingat-ingat dua soal Matematika yang tidak saya bisa. Saya ingat-ingat sampai ke pilihan jawabannya sekalipun. Kemudian, setelah UNAS selesai, saya pergi menghadap ke guru Matematika saya untuk menanyakan dua soal itu. Saya tuliskan ke selembar kertas, saya serahkan ke beliau dan saya tunggu. Lalu, hasilnya? Guru Matematika saya menggelengkan kepalanya setelah berkutat dengan dua soal itu selama sepuluh menit. Ya... beliau bilang ada yang salah dengan kedua soal itu. Tetapi yang ada di kepala saya hanya pertanyaan-pertanyaan heran...


Bagaimana bisa Bapak menyuruh saya menjawab sesuatu yang guru saya saja belum tentu bisa menjawabnya?


Tidak diuji dulukah kevalidan soal-soal UNAS itu?


Bapak ujikan ke siapa soal-soal itu? Para dosen perguruan tinggi? Mahasiswa-mahasiswa semester enam?


Lupakah Bapak bahwa nanti yang akan menghadapi soal-soal itu adalah kami, para pelajar kelas tiga SMA dari seluruh Indonesia?


Haruskah saya ingatkan lagi kepada Bapak bahwa di Indonesia ini masih ada banyaksekolah-sekolah yang jangankan mencicipi soal berstandard Internasional, dilengkapi dengan fasilitas pengajaran yang layak saja sudah sujud syukur?


Etiskah menuntut sebelum memberi?


Etiskah memberi kami soal berstandard Internasional di saat Bapak belum mampu memastikan bahwa seluruh Indonesia ini siap untuk soal setingkat itu?


Pada bagian ini, Bapak mungkin akan teringat dengan berita, 'Pelajar Mengatakan bahwa UNAS Menyenangkan'. Kemudian Bapak akan merasa tidak percaya dengan semua yang sudah saya katakan. Kalau sudah begitu, itu hak Bapak. Saya sendiri juga tidak percaya kenapa ada yang bisa mengatakan bahwa UNAS kemarin menyenangkan. Awalnya saya malah mengira bahwa itu sarkasme, sebab sejujurnya, tidak sedikit teman-teman saya yang menangis sesudah mengerjakan Biologi. Mereka menangis lagi setelah Matematika dan Kimia. Lalu airmata mereka juga masih keluar seusai mengerjakan Fisika. Sekarang, di mana letak 'UNAS menyenangkan' itu? Bagi saya, hanya ada dua jawabannya; antara narasumber berita itu memang sangat pintar, atau dia menempuh jalan pintas...


Jalan pintas itu adalah hal ketiga yang menganggu pikiran saya selama UNAS ini. Sebuah bentuk kecurangan yang tidak pernah saya pahami mengapa bisa terjadi, yaitu joki.


Mengapa saya tidak paham joki itu bisa terjadi? Sebab, setiap tahun pemerintah selalu gembar-gembor bahwa "Soal UNAS aman! Tidak akan bocor! Pasti terjamin steril dan bersih!", tetapi ketika hari H pelaksanaan... voila! Ada saja joki yang jawabannya tembus. Jika bocor itu paling-paling hanya lima puluh persen benar, ini ada joki yang bisa sampai sembilan puluh persen akurat. Sembilan puluh persen! Astaghfirullah hal adzim, itu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir. Kemudian ajaibnya pula, yang sudah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi hal ini sepanjang yang saya lihat baru satu: menambah tipe soal! Kalau sewaktu saya SD dulu tipe UNAS hanya satu, sewaktu SMP beranak-pinak menjadi lima. Puncaknya sewaktu SMA ini, berkembang-biak menjadi 20 paket soal. Pemerintah agaknya menganggap bahwa banyaknya paket soal akan membuat jawaban joki meleset dan UNAS dapat berjalan mulus, murni, bersih, sebersih pakaian yang dicuci pakai detergen mahal.


Iya langsung bersih cling begitu, toh?


Nyatanya tidak.


Sekalipun dengan 20 paket soal, joki-joki itu rupanya masih bisa memprediksi soal sekaligus jawabannya. Peningkatan jumlah paket itu hanya membuat tarif mereka makin naik. Setahu saya, mereka bahkan bisa menyertakan kalimat pertama untuk empat nomor tententu di tiap paket agar para siswa bisa mencari yang mana paket mereka. Lho, kok bisa? Ya entah. Tidak sampai di sana, jawaban yang mereka berikan pun bisa tembus sampai di atas sembilan puluh persen. Lho, kok bisa? Ya sekali lagi, entah. Seperti yang saya bilang, kalau sudah sampai sembilan puluh persen akurat begitu bukan bocor lagi namanya, melainkan banjir bandang. Saat joki sudah bisa menyertakan soal, bukan hanya jawaban, maka adalah sebuah misteri Ilahi jika pemerintah masih sanggup bersumpah tidak ada main-main dari pihak dalam.


Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat, saya memang hanya pelajar biasa. Tapi saya juga bisa membedakan mana jawaban yang mengandalkan dukun dan mana jawaban yang didapat karena sempat melihat soal. Apa salah kalau akhirnya saya mempertanyakan kredibilitas tim penyusun dan pencetak soal? Sebab jujur saja, air hujan tidak akan menetesi lantai rumah jika tidak ada kebocoran di atapnya.


Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat... tiga hal yang saya paparkan di atas sudah sejak lama menggumpal di hati dan pikiran saya, menggedor-gedor batas kemampuan saya, menekan keyakinan dan iman saya.


Pernah terpikirkah oleh Bapak, bahwa tingkat soal yang sedemikian inilah yang memacu kami, para pelajar, untuk berbuat curang? Jika tidak... saya beritahu satu hal, Pak. Ada beberapa teman saya yang tadinya bertekad untuk jujur. Mereka belajar mati-matian, memfokuskan diri pada materi yang diajarkan oleh para guru, dan berdoa dengan khusyuk. Tetapi setelah melihat soal yang tidak berperikesiswaan itu, tekad mereka luruh. Saat dihadapkan pada soal yang belum pernah mereka lihat sebelumnya itu, mereka runtuh. Mereka menangis, Pak. Apa kesalahan mereka sehingga mereka pantas untuk dibuat menangis bahkan setelah mereka berusaha keras? Beberapa dari mereka terpaksa mengintip jawaban yang disebar teman-teman, karena dihantui oleh perasaan takut tidak lulus. Beberapa lainnya hanya bisa bertahan dalam diam, menggenggam semangat mereka untuk jujur, berdoa di antara airmata mereka... berharap Tuhan membantu.


Saya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan teman-teman yang terpaksa curang setelah mereka belajar tetapi soal yang keluar seperti itu. Kami mengemban harapan dan angan yang tak sedikit di pundak kami, Pak. Harapan guru. Harapan sekolah. Harapan orangtua. Semakin jujur kami, semakin berat beban itu. Sebelum sampai di gerbang UNAS, kami telah melewati ulangan sekolah, ulangan praktek, dan berbagai ulangan lainnya. Tenaga, biaya, dan pikiran kami sudah banyak terkuras. Tetapi saat kami menggenggam harapan dan doa, apa yang Bapak hadapkan pada kami? Soal-soal yang menurut para penyusunnya sendiri memuat soal OSN. Yang benar saja, Pak. Saya tantang Bapak untuk duduk dan mengerjakan soal Matematika yang kami dapat di UNAS kemarin selama dua jam tanpa melihat buku maupun internet. Jika Bapak bisa menjawab benar lima puluh persen saja, Bapak saya akui pantas menjadi Menteri. Kalau Bapak berdalih 'ah, ini bukan bidang saya', lantas Bapak anggap kami ini apa? Apa Bapak kira kami semua ini anak OSN? Apa Bapak kira kami semua pintar di Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris sekaligus? Teganya Bapak menyuruh kami untuk lulus di semua bidang itu? Sudah sepercaya itukah Bapak pada kecerdasan kami?


Tidak.


Tentu saja Bapak tidak sepercaya itu pada kami. Sebab jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sampai terpikir untuk membuat dua puluh paket soal, padahal lima paket saja belum tentu bobot soal kelima paket itu seratus persen sama. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan sengaja meletakkan persentase UNAS di atas persentase nilai sekolah untuk nilai akhir kami, padahal belum tentu kemurnian nilai UNAS itu di atas kemurnian nilai sekolah. Jika Bapak percaya, Bapak tidak akan merasa perlu untuk melakukan sidak. Jika Bapak percaya... mungkin Bapak bahkan tidak akan merasa perlu untuk mengadakan UNAS.



.........


.........


.........


Anda akan mengatakan kalimat klise itu, Pak, bahwa nilai itu tidak penting, yang penting itu kejujuran.


Tapi tahukah, bahwa kebijakan Bapak sangat kontradiktif dengan kata-kata Bapak itu? Bapak memasukkan nilai UNAS sebagai pertimbangan SNMPTN Undangan. Bapak meletakkan bobot UNAS (yang hanya berlangsung tiga hari tanpa jaminan bahwa siswa yang menjalani berada dalam kondisi optimalnya) di atas bobot nilai sekolah (yang selama tiga tahun sudah susah payah kami perjuangkan) dalam rumus nilai akhir kami. Bapak secara tidak langsung menekankan bahwa UNAS itu penting, dan itulah kenyataannya, Pak. Itulah kenyataan yang membuat kami, para pelajar, goyah. Takut. Tertekan. Tahukah Bapak bahwa kepercayaan diri siswa mudah hancur? Pertahanan kami semakin remuk ketika kami dihadapkan oleh soal yang berada di luar pengalaman kami. Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelumnya? Bahwa soal yang di luar kemampuan kami, soal yang luput Bapak sosialisasikan kepada kami meskipun persiapan UNAS tidak hanya satu-dua minggu dan Bapak sebetulnya punya banyak kesempatan jika saja Bapak mau, sesungguhnya bisa membuat kami mengalami mental breakdown yang sangat kuat? Pernahkah Bapak pikirkan ini sebelum memutuskan untuk mengeluarkan soal-soal tidak berperikesiswaan itu dalam UNAS, yang notabene adalah penentu kelulusan kami?


Pada akhirnya, Pak, izinkan saya untuk mengatakan, bahwa apa yang sudah Bapak lakukan sejauh ini tentang UNAS justru hanya membuat kecurangan semakin merebak. Bapak dan orang-orang dewasa lainnya sering mengatakan bahwa kami adalah remaja yang masih labil. Masih dalam proses pencarian jati diri. Sering bertingkah tidak tahu diri, melanggar norma, dan berbuat onar. Tapi tahukah, ketika seharusnya Bapak selaku orangtua kami memberikan kami petunjuk ke jalan yang baik, apa yang Bapak lakukan dengan UNAS selama tiga hari ini justru mengarahkan kami kepada jati diri yang buruk. Tingkat kesulitan yang belum pernah disosialisasikan ke siswa, joki yang tidak pernah diusut sampai tuntas letak kebocorannya, paket soal yang belum jelas kesamarataan bobotnya, semua itu justru mengarahkan kami, para siswa, untuk mengambil jalan pintas. Sekolah pun ditekan oleh target lulus seratus persen, sehingga mereka diam menghadapi fenomena itu alih-alih menentang keras. Para pendidik terdiam ketika seharusnya mereka berteriak lantang menentang dusta. Kalau perlu, sekalian jalin kesepakatan dengan sekolah lain yang kebetulan menjadi pengawas, agar anak didiknya tidak dipersulit.


Sampai sini, masih beranikah Bapak katakan bahwa tidak ada yang salah dengan UNAS? Ada yang salah, Pak. Ada lubang yang menganga sangat besar tidak hanya pada UNAS tetapi juga pada sistem pendidikan di negeri ini. Siapa yang salah? Barangkali sekolah yang salah, karena telah membiarkan kami untuk menyeberang di jalur yang tak benar. Barangkali kami yang salah, karena kami terlalu pengecut untuk mempertahankan kejujuran. Barangkali joki-joki itu yang salah, karena mereka menjual kecurangan dan melecehkan ilmu untuk mendapat uang.


Tapi tidak salah jugakah pemerintah? Tidak salah jugakah tim penyusun UNAS? Tidak salah jugakah tim pencetak UNAS? Ingat Pak, kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Bukankah sudah menjadi tugas Bapak selaku yang berwenang untuk memastikan bahwa kesempatan untuk berlaku curang itu tidak ada?


Mungkin Bapak tidak akan percaya pada saya, dan Bapak akan berkata, "Kita lihat saja hasilnya nanti."


Kemudian sebulan lagi ketika hasil yang keluar membahagiakan, ketika angka delapan dan sembilan bertebaran di mana-mana, Bapak akan melupakan semua protes yang saya sampaikan. Bapak akan menganggap ini semua angin lalu. Bapak akan berpesta di atas grafik indah itu, menggelar ucapan selamat kepada mereka yang lulus, kepada tim UNAS, kepada diri Bapak sendiri, dan Bapak akan lupa. Bapak yang saya yakin sudah berkali-kali mendengar pepatah 'don't judge a book by its cover', akan lupa untuk melihat ke balik kover indah itu. Bapak akan melupakan kemungkinan bahwa yang Bapak lihat itu adalah hasil kerja para 'ghost writer UNAS'. Bapak akan lupa untuk bertanya kepada diri Bapak, berapa persen dari grafik itu yang mengerjakan dengan jujur? Kemudian Bapak akan memutuskan bahwa Indonesia sudah siap dengan UNAS berstandard Internasional, padahal kenyataannya belum. Joki-jokinyalah yang sudah siap, bukan kami. Mengerikan bukan, Pak, efek dari tidak terusut tuntasnya joki di negeri ini? Mengerikan bukan, Pak, ketika kebohongan menjelma menjadi kebenaran semu?


Bapak, tiga hari ini, kami yang jujur sudah menelan pil pahit. Pil pahit karena ketika kami berusaha begitu keras, beberapa teman kami dengan nyamannya tertidur pulas karena sudah mendapat wangsit sebelum ulangan. Pil pahit karena ketika kami masih harus berjuang menjawab beberapa soal di waktu yang semakin sempit, beberapa teman kami membuat keributan dengan santai, sedangkan para pengawas terlalu takut untuk menegur karena sudah ada perjanjian antar sekolah. Pil pahit, karena kami tidak tahu hasil apa yang akan kami terima nanti, apakah kami bisa tersenyum, ataukah harus menangis lagi...


Berhentilah bersembunyi di balik kata-kata, "Saya percaya masih ada yang jujur di generasi muda kita". Ya ampun Pak, kalau hanya itu saya juga percaya. Tetapi masalahnya bukan ada atau tidak ada, melainkan berapa, dan banyakan yang mana? Sebab yang akan Bapak lihat di grafik itu adalah grafik mayoritas. Bagaimana jika mayoritas justru yang tidak jujur, Pak? Cobalah, untuk kali ini saja tanyakan ke dalam hati Bapak, berapa persen siswa yang bisa dijamin jujur dalam UNAS, dibandingkan dengan yang hanya jujur di atas kertas?


(Ngomong-ngomong, Pak, banyak dosa bisa menyebabkan negara celaka. Kalau mau membantu mengurangi dosa masyarakat Indonesia, saya punya satu usul efektif. Hapuskan kolom 'saya mengerjakan ujian dengan jujur' dari lembar jawaban UNAS.)


UNAS bukan hal remeh, Pak, sama sekali bukan; terutama ketika hasilnya dijadikan parameter kelulusan siswa, parameter hasil belajar tiga tahun, sekaligus pertimbangan layak tidaknya kami untuk masuk universitas tujuan kami. Jika derajat UNAS diletakkan setinggi itu, mestinya kredibilitas UNAS juga dijunjung tinggi pula. Mestinya tak ada cerita tentang soal bocor, bobot tidak merata, dan tingkat kesulitan luput disosialisasikan ke siswa.


Kejujuran itu awalnya sakit, tapi buahnya manis.


Dan saya tahu itu, Pak.


Tapi bukankah Pengadilan Negeri tetap ada meski kita semua tahu keadilan pasti akan menang?


Bukankah satuan kepolisian masih terus merekrut polisi-polisi baru meski kita semua tahu kebenaran pasti akan menang?


Dan bukankah itu tugas Bapak dan instansi-instansi pendidikan, untuk menunjukkan pada kami, para generasi muda, bahwa kejujuran itu layak untuk dicoba dan tidak mustahil untuk dilakukan?


Kejujuran itu awalnya sakit, buahnya manis.


Tapi itu bukan alasan bagi Bapak untuk menutup mata terhadap kecurangan yang terjadi di wilayah kewenangan Bapak.


Kami yang berusaha jujur masih belum tahu bagaimana nasib nilai UNAS kami, Pak. Tapi barangkali hal itu terlalu remeh jika dibandingkan dengan urusan Bapak Menteri yang bejibun dan jauh lebih berbobot. Maka permintaan saya mewakili teman-teman pelajar cuma satu; tolong, perbaikilah UNAS, perbaikilah sistem pendidikan di negeri ini, dan kembalikan sekolah yang kami kenal. Sekolah yang mengajarkan pada kami bahwa kejujuran itu adalah segalanya. Sekolah yang tidak akan diam saat melihat kadernya melakukan tindak kecurangan. Kami mulai kehilangan arah, Pak. Kami mulai tidak tahu kepada siapa lagi kami harus percaya. Kepada siapa lagi kami harus mencari kejujuran, ketika lembaga yang mengajarkannya justru diam membisu ketika saat untuk mengamalkannya tiba...





Dari anakmu yang meredam sakit,




Pelajar yang baru saja mengikuti UNAS.

Related Posts:

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "