Waspada Serangan Virus Flu Arab :MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus)

"Apa kabar sahabat Penopers?": "MANTAP JAYA!!!"


Awal tahun 2014, ada suatu fenomena yang sangat populer sekaligus meresahkan di dunia, yaitu fenomena penyebaran Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) yang kini telah menyebar luas ke berbagai belahan dunia.
MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) atau biasa disebut dengan "novelcorovirus" pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Sampai saat ini jumlah korban tewas lantaran MERS ada 463 orang di seluruh negara Timur Tengah. Sejauh ini, negara-negara Timur Tengah yang melaporkan adanya virus MERS adalah Uni Emirat Arab, Jordania, Mesir, dan Lebanon, selain Arab Saudi. 


Menurut dokter spesialis paru FKUI/RSCM Diah Handayani, MERS merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus. Berbeda dengan penyakit pernapasan umumnya yang disebabkan bakteri, perkembangan MERS jauh lebih cepat.
"Dalam hitungan jam, bukan hari, penyakit ini sudah menyebabkan kerusakan paru yang parah. Ini karena tingkat virulensi atau kemampuan virus menyebabkan penyakit untuk MERS sangat tinggi," jelas Diah kepada Kompas Health, Rabu (7/5/2014).
MERS, hampir sama seperti pneumonia lainnya yaitu awalnya menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan pada organ tersebut. Bila peradangan sudah meluas, maka fungsi paru-paru akan menurun.
Setelah fungsi organ tersebut menurun, suplai oksigen untuk organ tubuh lainnya terganggu. Inilah yang kemudian memicu peradangan di organ lainnya. Biasanya organ yang terkena setelah paru-paru adalah ginjal dan hati.
Peradangan di organ-organ tersebut menurunkan fungsinya, pada tahap yang sudah parah dapat menyebabkan kegagalan organ. Inilah yang mengakibatkan kematian pada pasien pneumonia, termasuk MERS.
"Pasien umumnya akan mengalami multi-organ failure atau kegagalan multi organ, jadi tidak hanya satu organ yang mengalami kegagalan berfungsi, tetapi banyak," jelas dokter dari Divisi Infeksi, Departemen Pulmologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi ini.

Berbeda dengan SARS, MERS menyerang orang dari kelompok umur di atas 50 tahun. Sebanyak 65 persen korban adalah laki-laki dan 63,4 persen menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Guru Besar Pulmonologi FKUI Menaldi Rasmin seperti dikutip KOMPAS (8/5/14) menuturkan, virus korona belum dikenal tubuh. Hal ini menyebabkan sistem pertahanan tubuh belum mampu menangkalnya dengan baik sehingga jatuh korban jiwa.
Penularan MERS
Mengingat potensi penularan virus ini cukup besar, tak ada salahnya kita membekali diri dengan informasi terkait penyakit MERS.


- Gampang menular
Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat.

Virus korona penyebab penyakit ini menular antar manusia melalui kontak dekat. Tetapi virus ini juga diektahui menyebar antar hewan.

- Mematikan
Menurut WHO, sekitar sepertiga orang yang terinfeksi virus MERS meninggal dunia. Kebanyakan kasus yang fatal terjadi pada orang lanjut usia dan orang yang sudah memiliki gangguan medis.

- Mirip flu
Gejala infeksi MERS antara lain demam dan batuk, sangat mirip dengan flu. MERS juga bisa menyebabkan diare dan sesak napas, dan bisa menyebabkan komplikasi berupa radang paru dan gagal ginjal.

- Berasal dari unta dan kelelawar
Meski sumber pertama MERS masih belum diketahui, tetap para ilmuwan menduga kuat penyakit ini berasal dari unta. Penelitian mengonfirmasi unta dan kelalawar di Arab Saudi positif memiliki virus ini.

- Belum ada obatnya
Tidak ada terapi pengobatan penyakit MERS. Orang yang terinfeksi akan diberikan terapi pendukung sesuai gejala-gejala yang dialami. Vaksinnya juga belum ditemukan.

Dokter spesialis paru Diah Handayani dari FKUI/RSCM mengatakan, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan mengalami MERS. Kelompok-kelompok yang dimaksud itu antara lain:
Memiliki riwayat penyakit asma, penyakit paru obstruksi kronis, tuberkulosis, dan permasalahan paru lainnya. Diah menjelaskan, kondisi paru orang di kelompok ini tidak sesehat orang yang tidak pernah mengalami sakit sebelumnya. Akibatnya risiko mereka tertular MERS pun makin tinggi.
Orang tua di atas 60 tahun. Ini karena mereka memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah dibandingkan orang-orang yang berusia lebih muda. Secara alamiah memang seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh semakin menurun.
Perokok. Kebiasaan merokok merupakan salah satu hal yang merusak paru. Karena itu, perokok pun lebih rentan tertular virus korona. Di samping itu, daya tahan tubuh perokok juga umumnya lebih rendah dibandingkan orang-orang yang tidak merokok.
Anak balita. Diah mengatakan, daya tahan tubuh balita belum sempurna layaknya orang dewasa. Karena itu, mereka pun lebih berisiko terkena penyakit saat terpapar oleh virus penyebab infeksi.
- Ibu hamil. Secara umum ibu hamil sebenarnya memiliki daya tahan tubuh seperti orang dewasa lainnya, tetapi pada beberapa kasus kehamilan dapat menurunkan daya tahan tubuh. Apalagi penyakit yang diderita saat hamil bukan hanya memengaruhi kesehatan ibu, melainkan juga janinnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi menghimbau kepada kelompok rentan untuk menunda keberangkatan perjalanan ibadah umrah mereka. Hal itu sesuai dengan saran perjalanan dari kementerian kesehatan Arab Saudi.

Meskipun berpotensi mematikan, Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) tidak membutuhkan obat untuk mengatasi penyakitnya. Perawatan bagi pasien MERS hanya bersifat suportif untuk menunjang kondisi fisik pasien hingga penyakit sembuh dengan sendirinya.
Dokter spesialis paru Ceva W Pitoyo mengatakan, pada dasarnya penyakit yang disebabkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Ini karena sifat virus yang memiliki limitasi waktu menginfeksi dan jika sudah melewati waktu tersebut, virus akan mati dan hilang.
"Virus merupakan salah satu organisme yang bersifat self limiting, jadi jika sudah melewati batasnya, infeksinya akan menghilang juga," jelasnya dalam konferensi pers terkait MERS di Jakarta, Jumat (9/5/2014).


Sejauh ini memang belum ada obat atau pun vaksinasi untuk mencegah penularan MERS. Penyakit ini menjadi mematikan karena daya tahan tubuh pasien yang tidak kuat menahan infeksi hingga waktu limitasi itu tiba. Ini umumnya disebabkan oleh komplikasi beberapa faktor, misalnya pasien sudah memiliki penyakit penyerta yang menurunkan daya tahan tubuhnya.
Penyakit-penyakit yang memperburuk kondisi daya tahan tubuh, khususnya yang berhubungan dengan penyakit pernapasan, antara lain memiliki penyakit paru-paru obstruksi kronis, atau tuberkulosis. Bahkan kebiasaan merokok pun bisa menurunkan daya tahan tubuh. 


Ada pula penyakit-penyakit yang secara umum tingkat risiko kematiannya lebih tinggi saat seseorang terserang MERS, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal kronis.
Menurut Ceva, perawatan pasien MERS ditujukan untuk menjaga kondisi pasien tetap kuat hingga waktu limitasi virus tiba. Dengan upaya seperti pemberian infus, menjaga makanan, hidrasi yang baik, kondisi pasien akan tetap bertahan.
"Perawatan pasien yang tidak menjaga kondisi pasien lah yang akhirnya berujung pada kematian pasien," kata dokter dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) ini.
Di sisi lain, Ceva menerangkan, sejak awal MERS ditemukan jumlah infeksi dan kematian angkanya sangat dekat. Artinya setiap orang yang terinfeksi menghadapi risiko kematian yang sangat besar. Namun kini, angka kematian berangsur menurun meskipun penyebaran penyakitnya bertambah luas.
Data terakhir menyebutkan, dari 463 pasien yang terjangkit MERS, 126 di antaranya meninggal dunia. Artinya tingkat kematian dari MERS saat ini adalah 27,21 persen. Ceva berharap, dengan semakin baiknya tata cara perawatan pasien MERS, maka tingkat kematiannya juga bisa semakin diturunkan.

Terima kasih sudah singgah, semoga bermanfaat :)) Salam MJ (Mantap Jaya)

"Memanfaatkan, menjaga dan mengingat sehat sebelum sakit adalah bukti cinta terhadap diri"



Sumber: Kompas Health

Related Posts:

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "