Bahaya Asap Kebakaran Hutan Bagi Kesehatan



Hutan Kita, Nafas Kita
Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai hutan terluas didunia setelah Brazil dan Zaire. Luas hutan Indonesia diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau sekitar 63 persen luas daratan.
Tahun 2015 ini, kebakaran hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah lokal saja, tetapi juga masalah global Asia Tenggara yang berpengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan seperti gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan transportasi, kerusakan ekologi, penurunan pariwisata, ekonomi dan gangguan kesehatan.

World Wildlife Fund (WWF) menyampaikan bahwa kerugian akibat kebakaran hutan pada tahun 1997 di Indonesia sekitar 4,4 milyar dolar Amerika Serikat. Selain itu, WHO memperkirakan sekitar 20 juta orang Indonesia telah terpajan asap akibat kebakaran hutan yang mengakibatkan gangguan kesehatan seperti gangguan paru dan sistem pernapasan.
Kebakaran hutan (wildfire) adalah keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi (kumpulan tumbuh-tumbuhan) yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah yang luas. Nama lainnya yaitu bush fire, forest fire, grass fire, hill fire, peat fire, vegetation fire, wildland fire.
Kebakaran hutan berbeda dengan kebakaran biasa berdasarkan kekuatan dan luasnya api. Perbedaannya adalah penyebaran yang jauh dari tempat semula, dapat berganti arah tanpa diduga. Definisi lain kebakaran hutan adalah kebakaran liar atau kebakaran vegetasi (kumpulan tumbuh-tumbuhan).
Kebakaran hutan disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya;
  • Sambaran petir pada hutan kering akibat musim kemarau panjang
  • Kelalaian manusia seperti membuang puntung rokok sembarangan atau lupa mematikan api di perkemahan
  • Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi
  • Tindakan disengaja seperti membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian yang baru atau vandalism
  • Kebakaran di bawah tanah gambut dapat menyulut kebakaran di atas tanah saat musim kemarau


Beberapa negara seperti Singapura dan Brunei Darusalam menggunakan pollutant standard index (PSI) yang dikeluarkan oleh United States Evironmental Protection Agency (USEPA) untuk melaporkan konsentrasi populasi udara sehari-hari. Indonesia menggunakan istilah Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) atau PSI dengan pembagian sebagai berikut :
• PSI 0 – 50 : sehat
• PSI 51- 100 : sedang
• PSI 101 – 199 : tidak begitu baik
• PSI 200 - 299 : tidak sehat
• PSI 300 – 399 : berbahaya
• PSI ≥400 : sangat berbahaya

Dampak asap terhadap kesehatan
  • Karbon monoksida (CO) beredar melalui aliran darah dan paru, mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh (anoksia) menimbulkan gejala sesak napas, kebingungan, dan dada terasa berat. Konsentrasi CO pada penduduk tertentu yang terpajan asap api tidak menimbulkan bahaya bermakna kecuali pada individu yang sensitif; mereka yang memiliki penyakit jantung mengalami nyeri dada dan aritmia. Pada tingkat pajanan lebih tinggi CO dapat menyebabkan sakit kepala, lemah, pusing kebingungan, disorientasi, gangguan penglihatan, koma dan kematian.
  • Sulfurdioksida (SO2), gas pedas yang bisa menimbulkan sesak napas, mengi karena bronkokonstriksi selanjutnya mengiritasi mukosa pernapasan.
  • Nitrogendioksida (NO2) dikeluarkan selama kebakaran suhu tinggi seperti saat kebakaran badai.
  • Ozon (O3) dapat mengiritasi tenggorokan.
  • Sianida (CN-) dihasilkan oleh pembakaran bahan-bahan alami dan sintetik bila kadar laktat tinggi; dapat berguna sebagai indikator di rumah sakit.
  • Hidrokarbon, contohnya gas benzene hasil pembakaran bahan organik yang tidak sempurna.
  • Aldehid (akrolin, formaldehid/HCHO) hasil pembakaran bahan organik yang tidak sempurna.
  • Materi Partikulat (PM), bisa padat atau cair, dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dengan ukuran dari 0,005 μm sampai 100 μm, dapat menembus saluran napas sampai ke paru.


Saat ini cara pencegahan yang banyak digunakan adalah pemakaian masker karena relatif murah dan dapat disebarluaskan tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan. National Institute of Occuposional Safety and Health (NIOSH) telah melakukan pengujian di Amerika Serikat dan menetapkan beberapa jenis masker yang mampu menyaring lebih dari 99% partikel silika berukuran 0,5 μm. Beberapa badan kesehatan lain merekomendasikan masker yang baik yaitu mampu menyaring lebih dari 95% partikel > 0,3 μm dan biasanya diberi kode R95, N95, atau P95. Masker ini harus dipasang dengan cukup rapat sehingga udara tidak dapat masuk di sela-sela pinggiran masker dan kulit wajah; hal yang tidak mudah dilakukan. Alat bantu napas bisa digunakan setelah penatalaksanaan lain yang lebih efektif, antara lain dengan mengurangi pajanan, termasuk tinggal di dalam rumah, dan mengurangi aktivitas, terutama pada individu yang sensitif.

Referensi
  1. Rumajomi HB. Kebakaran hutan di Indonesia dan dampaknya terhadap kesehatan [Makalah pengantar Filsafah Sains, Program Pasca Sarjana]. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2006.
  2. Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI & IDKI, 1999; p.3-33.
  3. Brauer M. Health impact of biomass air pollution. WHO. [cited 2007 Nov 4]. Available from: http//www.firesmokeheealth.org.
  4. National Interagency Fire Center. The science of wildland fire. [cited 2011 Jan 9]. Available from www.nifc.gov/preved/comm_guide/wildfire/fire 4.html.
  5. Dawud Y. Smoke episodes and assessment of health impacts related to haze from forest fires: Indonesian experience. The Indonesian Association of Pulmonologist, Persahabatan Hospital Jakarta; 1999.p 313-22
  6. A Guide for Public Health Officials. Wildfire smoke revised July 2008. Available from: http://www.arb.ca.gov/smp/progdev/pubeduc/wfgv8.pdf
  7. Disaster planning for lung health: Fire Fact Sheet. California Thoracic Society American Lung Association; 2008.p. 1-6.
  8. WHO guidelines for vegetation fire events. Available from: http://www.who.effn/egry/fire.htm.accessed on november 15th,2005
  9. Samet JM.Utell MJ. Indoor and Outdoor air pollution. In: Fisman Pulmonary Diseases and Disorders, 4th ed. New York : McGraw Hill Medica; 2008. pp. 1009-36.
  10. Malilay J. A review of factors affecting the human health impacts of air pollutants from forest fires. Health guideline for vegetation fire. WHO october 1998.255-70.


Related Posts:

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "